Senin, 03 Oktober 2016

Be Yourself, Why Not?


Tak terasa sudah 3 bulan sejak hari pertama masuk sekolah di smeester ini. Pasti beberapa siswa sudah mulai terbiasa dengan teman-teman di kelas barunya. Namun tidak sedikit juga ada yang belum terbiasa bahkan tidak betah berada di kelas baru. 


Saya sendiri temasuk orang yang benar-benar tidak betah dengan kelas baru. Kelas saya didominasi oleh anak-anak yang terlalu banyak bicara dan agak malas belajar. Saat belajar, saya lebih menyukai kondisi yang diam dan tenang, bukannya santai akhirnya malah jadi berisik. Sempat terlintas di pikiran saya untuk minta dipindahkan dari kelas ini.

Ternyata kondisi itu tak saya hadapi sendiri. Dua orang sahabat saya juga terjebak pada keadaan yang sama. Tahun lalu kami sekelas dan sering melakukan banyak kegiatan bersama seperti kerja kelompok. Kami biasa disebut anak pendiam atau dari luar planet, hehe. 

Tetapi cara menyikapi kondisi dari kedua teman saya ini benar-benar berbeda. Teman pertama saya, sebutlah A, tetap menjalani hobinya sejak dulu yaitu menggambar ketimbang bersosialisasi. Kenyataannya ia tetap mempunyai teman yang sehobi dengannya, walau tak sedikit orang yang agak membencinya. Ia sempat tak betah dengan kondisi kelas, namun hal itu tidak menghalangi hobi menggambarnya. Di tengah gulma yang tumbuh ia tetap berusaha menjadi bunga yang mekar dengan indah.

Lain cerita dengan teman saya yang kedua, sebutlah B. Ia mengaku tidak menyukai kelas barunya. Namun ia berusaha supaya bisa diterima dengan cara apapun. Mulai dari meminjamkan PR ke orang lain sampai update status berlebihan yang sebelumnya tidak pernah ia lakukan. Saat ada yang mengajaknya bicara, ia selalu bertindah "sok akrab" walaupun setelah bicara orang itu mengabaikannya lagi. Ia sering sendirian saat di kelas, namun sangat "eksis" saat di sosial media.

Membingungkan juga buat saya. Menurut saya, kedua tindakan teman saya, ada benar juga ada salahnya. Kita tidak boleh menutup diri dari pergaulan juga tidak boleh memaksakan diri untuk diterima orang lain. Lalu sejenak terlintas perkataan seorang guru di pikiran saya.

"Tumbuhlah menjadi karakter yang original, bukan buatan hanya karena ingin berteman. Dirimu apa adanya jauh lebih indah."

Be yourself. Itulah inti dari perkataan guru saya. Selama tiga bulan ini, saya berusaha mengabaikan kebisingan yang dibuat kelas saya dan fokus pada pelajaran. Alhasil, beberapa orang masih mau mengajak saya bicara untuk minta dijelaskan materi pelajaran. Mungkin saya tidak punya teman dekat di sana, tapi saya berusaha mengingat tujuan saya akan memperoleh nilai yang memuaskan. Kenyataannya, saya sekarang bisa menuliskan potingan ini dengan senyum di wjaah.

Be yourself, why not?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar